Mangkutana, batarapos.com – Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh ulah oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, merasa tak puas dengan anggaran yang dikucurkan pemerintah, siswa-siswi pun jadi sasaran.
Baca Juga :
- Video : Pasca Pecat Aparatnya, Kantor Desa Wonorejo Tampak Sepi
- Antusias Siswa SD 160 Sidotepung, Dihari Pertama Masuk Sekolah
- IKA SMP Mangkutana Ikut Ramaikan HUT RI Ke-74
- Wabup Irwan Dampingi Dirjen Kementerian LHK RI Pantau Limbah PT. Vale
- Husler Hadiri Perayaan Odalan Umat Hindu di Kalaena
- Gandeng Mitra Kerja, DP2KB Lutim Gelar Baksos Pelayanan KB
Hal ini terjadi di yayasan Nurul Iman Desa Margolembo, Kecamatan Mangkutana, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, sekolah swasta yang dikenal dengan sebutan sekolah Islam ini, yang mendidik siswa mulai tingkat Sekolah TK, SD, SMP dan SMA diduga lakukan pungutan liar terhadap muridnya.
Saat penerapan poin siswa-siswi, yang dibuat secara sepihak tanpa melibatkan orang tua siswa, aturan sekolah ini dibuat semena-mena, dimana jika terdapat murid yang nilainya kurang dikenai biaya untuk perbaikan nilai, parahnya, murid yang poinnya habis akan dikeluarkan dan didenda berupa barang.
Hal ini pula dialami warga miskin (Doni Irawan) yang masih duduk dibangku kelas I SMA, dimana pihak sekolah menyatakan poin Doni telah habis, dan akan dilanjutkan sekolah jika Doni menyerahkan Semen sebanyak 11 sak ke pihak Sekolah, karena hidup kurang mampu, keluarga Doni tak mampu menyerahkan sejumlah semen yang diminta pihak sekolah, sehingga Doni memilih untuk berhenti.
“Poinnya katanya habis, bisa lanjutkan sekolah kalau kami serahkan semen 11 sak ke pihak sekolah, kami orang tidak mampu, makan saja susah carinya, kalau memang syaratnya itu, lebih baik anak kami berhenti sekolah” ungkap keluarga Doni kepada Wartawan.
Tak hanya itu, pasca berhentinya Doni dari sekolah tersebut, pihak sekolah malah memasang pagar antara halaman sekolah dan rumah dan melarang seluruh keluarga Doni melintasi halaman sekolah.
Karena sudah di pagar, keluarga Doni terpaksa membuat jalan disela-sela kuburan untuk akses keluar rumah, dan tidak lagi menginjak halaman sekolah.
Pihak sekolah yang dikonfirmasi terkait hal tersebut, membuka ruang terhadapa wartawan agar memberitakan dan melaporkan kemana saja wartawan suka terkait kejadian disekolah tersebut.
“Silahkan saja beritakan, atau lapor kemana saja anda suka” ucap pihak Sekolah kepada wartawan. (Mus)