Baca Juga :
Luwu Timur, BTRpos
Isu penculikan dan penjualan organ tubuh anak-anak yang mana telah ramai di media sosial, yang sebelumnya isu ini marak berkembang di Pulau Jawa saja, hingga akhirnya isu ini berkembang dan terkesan mencekam masyarakat hingga ke pelosok Desa, bahkan isu ini di juluki 1 anak 5 milyar.
Meski pihak Kepolisian melalui Kepala Kepolisian Republik Indonesi (Kapolri) menyatakan berita tersebut merupakan hoax, namun pernyataan tersebut tetap saja tidak berpengaruh terhadap rasa trauma masyarakat, pasalnya di sekitar masyarakat ada-ada saja kejadian yang berkaitan dengan anak-anak mereka, entah itu orang yang dinilai asing di mata mereka, atau bahkan perilaku orang lain yang dinilai ada kelainan terhadap anak mereka pada saat di luar rumah.
Seperti yang terjadi di beberapa Desa di Luwu Timur baru-baru ini, yakni Desa Kanawatu, Desa Mulyasri (BK.12), dan Desa lainnya, yang menurut warga sekitar nyaris terjadi penculikan terhadap anak-anak mereka, menilai dari perilaku aneh orang lain yang juga terlihat asing di mata mereka, namun secara fakta belum dapat di buktikan jika hal tersebut benar-benar rencana penculikan anak.
Dari isu yang berkembang, tidak sedikit masyarakat yang resah khususnya masyarakat Luwu Timur, aktivitas keseharian anak drastis terbatasi, seperti aktvitas mengaji, dan bermain di luar rumah, bahkan pulang dan pergi sekolah pun mendapat pengawalan ketat orang tua.
Sebagaimana yang di tuliskan Rohimah Aqil Faeyza dalam akun facebooknya, “Penculik anak Membuat anak2 santriku takut mengaji Membuat anak sekolah takut sekolah Harus mereka bermain tp harus drumah aja.. Kurang ajar sekali seperti binatang saja anak2 diperlakukan begitu” ungkapan tersebut merupakan keresahan masyarakat terhadap isu yang mengancam keselamatan buah hati mereka.
Sehingga pihak terkait khususnya Luwu Timur diminta agar memberi penjelasan terhadap masyarakat Luwu Timur, yang setidaknya membuat masyarakat lebih tenang atas isu yang berkembang hingga pelosok Desa tersebut. (Tim)