Wotu, Batara Pos
Pihak SMAN 2 Luwu Timur dalam hal ini komite sekolah mengadakan pertemuan guna memberitahukan bahwa akan diadakan sumbangan dari orang tua siswa untuk pembayaran gaji para honorer yang mengajar.
Baca Juga :
- IKA SMP Mangkutana Ikut Ramaikan HUT RI Ke-74
- Wabup Irwan Dampingi Dirjen Kementerian LHK RI Pantau Limbah PT. Vale
- Husler Hadiri Perayaan Odalan Umat Hindu di Kalaena
- Disela-Sela Kepadatan Tugasnya, Bupati Lutim Sempatkan Kunjungi Warganya Yang Terkena Gizi Buruk
- DPRD Lutim Monitoring Pelaksanaan APBD TA 2018 Di Kecamatan Wotu
- Husler Kunjungi Warganya Yang Menjadi Korban Kebakaran
Pertemuan tersebut berlangsung di ruang lab. komputer SMAN 2 Luwu Timur, Kamis (1/3) kemarin. Turut hadir Tokoh Masyarakat, Ketua KPU Luwu Timur, Ketua KNPI Luwu Timur, Dewan Pendidikan, Ketua Komite SMAN 2 Luwu Timur.
Menurut Kepala Sekolah SMAN 2 Luwu Timur Adam, mengatakan bahwa pertemuan tersebut guna membahas tentang sumbangan yang akan diminta kepada orang tua siswa untuk membayar gaji para honorer yang ada di sekolah SMAN 2 Luwu Timur.
"Sebelum saya mengundang semua, sebelumnya saya juga telah melakukan koordinasi kepada Kepolisian, membahas tentang sumbangan ini," ungkapnya.
Lanjut Adam, di Luwu Timur saat ini memprihatinkan, karena setelah SMA diambil alih oleh pihak Provinsi tenaga kependidikan menjadi terkendala dalam proses pembelajaran. "Di SMAN 2 Luwu Timur ini, memiliki kelas sebanyak 32, dan siswanya sebanyak 1050 siswa, sedangkan tenaga PNS paling kurang di sekolah kami, jumlah 32 PNS dan ada 3 orang yang sakit, dan kami sangat butuh 52 orang tenaga PNS," ungkapnya.
Selain itu, untuk tenaga honorer di SMAN 2 sendiri sebanyak 21 orang namun setelah diambil alih, hanya ada dua tenaga honorer yang masuk dijuknis dana bos yakni cleaning service dan security saja.
"Kalau kita tidak memiliki tenaga honorer kita akan kewalahan apalagi untuk tenaga PNS sendiri sudah satu persatu keluar karena telah pensiun," ungkapnya.
Sementara itu, Dewan pendidikan Haerani Arsyad mengatakan bahwa ini sudah sangat memprihatikan, kalau ini berlarut - larut untuk memperbaiki sekolah tidak bisa.
"Saya sarankan melakukan kegiatan harus memiliki dasar, setelah munculnya peraturan yang ada, memberikan kesempatan untuk menggalang dana oleh komite," ungkapnya.
Apalagi, kata Haerani, apabila tidak ada guru pada kurikulumnya maka anak - anak akan rugi, apabila ada sumbangan harus ada propsal lalu dirapatkan diforum dan juga harus transfaran.(HS)