Masamba. Btr pos
Dalam sambutan seragam Presiden Joko Widodo yang dibacakan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, dikatakan bahwa Pancasila adalah hasil akumulasi dari proses awal rumusan Pancasila yang dimulai pada 1 Juni 1945 yang dibacakan Soekarno hingga rumusan finalnya pada 18 Agustus 1945.
Baca Juga :
“Kita bisa membangun kesepakatan berbangsa karena adanya Pancasila yang lahir pada 1 Juni 1945 sebagai rumusan awal yang kemudian disempurnakan pada rumusan akhir pada 18 Agustus 1945,” ujar Bupati Indah Putri saat bertindak sebagai Inspektur Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Halaman Kantor Bupati Luwu Utara, Kamis, 1 Juni 2017.
Olehnya itu, kata Indah, Pancasila harus dimaknai sebagai sebuah keberagaman hidup dalam berbangsa dan bernegara. “Harus diingat bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah keberagaman. Takdir Tuhan untuk Indonesia adalah keberagaman. Itulah yang kita sebut Bhinneka Tunggal Ika, di mana frasa ini terdapat pada lambang negara kita, Garuda Pancasila,” terang Indah.
Indah menambahkan, kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini tengah mengalami ujian. Hal itu dibuktikan dengan adanya pandangan dan tindakan yang mengancam kebhinnekaan melalui sikap intoleran yang mengusung ideologi selain Pancasila. “Kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini tengah mengalami ujian. Kebhinnekaan kita sedang diuji dengan adanya sikap intoleran. Hal ini diperparah pula dengan penyalahgunaan media sosial yang menggaungkan kabar bohong alias hoax,” jelas Indah.
Olehnya itu, lanjut Indah, dengan kehadiran Pancasila diharapkan segala ujian dan tantangan tersebut bisa dihindari. Dengan Pancasila pula, harapan dan rujukan masyarakat untuk membangun dunia yang damai, adil da makmur di tengah kemajemukan bisa terwujudkan. “Kita berharap dengan adanya Pancasila ini, ujian itu bisa kita atasi. Dan dengan Pancasila pula, harapan untuk membangun dunia yang damai, adil dan makmur bisa diwujudkan,” ujar Indah menambahkan.
Terakhir, dalam sambutan seragam Presiden Jokowi, Bupati Indah mengajak para ulama, ustadz, pendeta, pastor, bhiksu, pedanda, pendidik, pelaku media, pelaku seni dan budaya, jajaran birokrasi, TNI dan Polri, serta seluruh komponen masyarakat lainnya untuk berperan aktif menjaga Pancasila. “Dakwah-dakwah agama, materi pendidikan, fokus pemberitaan dan perdebatan di media sosial harus menjadi bagian pengamalan nilai-nilai Pancasila,” pungkas Bupati perempuan pertama di Sulsel itu. (Hms/Drs).