Makassar, Batarapos.com
Siapa yang tidak kenal Prof Atja? Nama lengkapnya Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc, Sp.GK. Telah 41 tahun beliau mengabdi di dunia akademik dengan menjadi dosen tetap di Universitas Hasanuddin sejak tahun 1977.
Puluhan ribu mahasiswa pernah diajar dan dibinanya, baik ketika mengajar di Fakultas Kedokteran Unhas maupun di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas serta di Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Sebagai seorang guru besar di FKM Unhas, Prof Atja telah menjelma ikon pakar kesehatan di Indonesia, khususnya dalam bidang gizi.
Lahir 69 tahun silam, beliau sarat dengan pengalaman hidup. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA memberikan testimoninya dalam buku biografi Prof. Atja sebagai berikut.
“Dari hidup Prof. Atja kita belajar untuk tidak boleh berhenti bergerak. Semua ikhtiar mesti dilakukan agar berhasil karena orang sukses adalah mereka yang berhasil bangkit dua kali lebih banyak, dari pada kegagalannya. Kita tidak bisa memilih berapa lama kita akan hidup, tetapi kita bisa memilih beberapa hal terbaik yang dapat diupayakan dalam kehidupan”, tulis Prof Dwia, rektor perempuan pertama di Unhas.
Aktivis Mahasiswa
Sejak mahasiswa Prof Atja adalah aktivis yang dikenal kritis dan berani. Ia bahkan pernah dipenjara karena pergerakannya melawan rezim pemerintah. Saat menjadi Ketua Cabang Pelajar Islam Indonesia di Makassar tahun 1965, Prof Atja juga didaulat sebagai Ketua Periodik Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
Tahun 1977 beliau adalah Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas Hasanuddin dimana setahun sebelumnya ia menjabat Wakil Ketua Majelis Tinggi Mahasiswa Unhas.
Di kalangan alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), beliau adalah seorang super senior. Ia adalah Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) HMI Indonesia Timur pada masa Order Baru dan kini sebagai Dewan Pakar di KAHMI.
Baca Juga :
- Bupati Luwu Timur Hadiri Open House Gubernur Sulsel
- Membongkar Kasus Pasar Sentral Makassar : Perjanjian Kerjasama Pemkot Dengan PT.MTIR
- Video : MTs Al-Ihsan Memprihatinkan, Kasek Malas Ngantor
- Baksos, IPMIBAR Bersama Puskesmas Lamuru Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
- Tiba di Makassar, Jenazah IYL Dimakamkan Hari Kamis
- Mantan Kasat Narkoba Polres Luwu Timur Jalani Sidang Etik, Ini Sangsinya !
Prof Atja juga sangat aktif di bidang kesenian. Semasa mahasiswa, ia sudah memimpin Lembaga Kesenian Mahasiswa Unhas dengan posisi sebagai ketua. Pun di Dewan Kesenian Makassar, ia adalah ketuanya hingga saat ini. Sejumlah buku bergenre seni, seperti kumpulan puisi dan essai pernah diterbitkannya.
Dalam dunia kampus, beliau pernah menjadi Kepala Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan Unhas, menjadi Dekan di FKM Unhas, lalu kemudian diangkat sebagai Direktur Program Pascasarjana Unhas dan kini sebagai Ketua Komisi di Majelis Wali Amanat Unhas.
Pakar Kesehatan Masyarakat
Dalam bidang keilmuan, khususnya gizi dan kesehatan masyarakat, Prof Atja adalah pakarnya. Ia kerapkali didaulat memimpin dewan pakar sejumlah organisasi profesi dan keilmuan hingga saat ini.
Saat ini beliau adalah Ketua Dewan Pakar di Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Ikatan Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), serta sebagai anggota Dewan Pakar di Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI).
Masih banyak organisasi profesi keilmuan dimana Prof Atja berkecimpung dan aktif di dalamnya, seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (Ketua PP), Perhimpunan Gizi dan Pangan Indonesia (PP), Ikatan Sarjana Gizi Indonesia (Pembina), Perhimpunan Dokte
Anti Penuaan, Welness, Estetika dan Regeneratif Indonesia (Ketua PP) dan World Public Health Association (Member).
Kepakarannya di bidang kesehatan khususnya masalah gizi diakui publik. Tak kurang Dr. Aminuddin Syam, SKM, M.Kes, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas memberikan apresiasinya.
“Setiap kali nama Prof Atja disebut maka yang melintas dalam benak adalah sosoknya sebagai pakar kesehatan masyarakat khususnya sebagai ahli gizi. Beliau bersama Prof. Soekirman adalah “nenek moyangnya” ilmu gizi di Indonesia. Tidak ada pembicaraan apalagi perumusan kebijakan soal gizi di republik ini yang tidak melibatkan mereka“, kata Aminuddin.
Caleg DPR RI 2019
Keputusan Prof Atja menjadi seorang calon anggota legislatif (caleg) DPR RI pada pemilihan umum tahun 2019 nanti adalah sesuatu yang sangat mengejutkan, terutama bagi mereka yang selama ini mengenal sepak-terjang beliau dalam bidang akademik di kampus.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Prof Atja memang masih berkomitmen kuat memberikan sumbangsih terbaik untuk pembangunan bangsa, khususnya di bidang kesehatan.
Menurutnya, 40 tahun pengabdiannya melalui dharma pendidikan, penelitian dan pengabdian khususnya dalam bidang kesehatan selama ini sudah saatnya dilengkapi dengan kerja cerdas melalui pembuatan kebijakan-kebijakan di wilayah hulu yang memihak kepada kepentingan masyarakat khususnya kelompok ekonomi bawah.
Institusi politik yang strategis untuk maksud tersebut adalah lembaga legislatif. Itulah yang memotivasi saya untuk maju sebagai caleg“, kata Prof Atja.
Baginya, menjadi seorang caleg harus dimulai dari niat yang ikhlas dan motivasi yang tulus untuk mengabdikan seluruh potensi diri yang terbaik bagi kemaslahatan masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan.
Kelak, jika terpilih sebagai anggota DPR-RI, dirinya akan berjuang mewujudkan visi Indonesia Sehat dengan sumber daya manusia (SDM) yang kuat fisik, cerdas dan berakhlakul kharimah.
“Saya hanya mau perjuangkan rakyat yang sehat bertambah sehat dan tidak jatuh sakit, serta yang sakit memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas kapan saja dibutuhkan dengan mudah dan cepat“, tegas Prof Atja.
Ketika ditanyakan mengapa dirinya layak dipilih oleh rakyat sebagai anggota DPR-RI pada Pileg 2019 nanti, Prof Atja menanggapinya dengan hangat.
“Saya memiliki bekal ilmu pengetahuan yang mumpuni, memahami getaran tuntutan kebutuhan masyarakat dari hidup bersama mereka melalui kerja-kerja pengabdian yang panjang, serta memiliki niat yang ikhlas dan motivasi yang tulus untuk mengabdi di sisa usia saya. Mudah-mudahan itu sudah menjadi ukuran kelayakan saya dipilih oleh rakyat“, kata Prof Atja.
Bagi yang selama ini mengenalnya, Prof Atja tak diragukan lagi adalah seorang profesional yang berumah di kampus sebagai seorang akademisi, berkiprah di akar rumput masyarakat sebagai seorang aktivis organisasi profesi khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan, serta menyatu dalam komunitas seniman dan budayawan.
Beliau berharap, pemilu 2019 nanti dapat berlangsung jujur, adil, aman dan bermartabat serta penuh rasa persaudaraan.
“Semoga pemilu nanti bisa menjadi ajang pendidikan politik yang makin mendawasakan masyarakat dan menciptakan sebuah bangsa yang demokratis dan berkeadaban dalam menyongsong tantangan dunia yang makin berat dan kompleks“, tutup satu-satunya caleg bergelar profesor di Sulsel ini.
Sebagai informasi, Prof Atja akan bertarung memperebutkan kursi DPR RI di daerah pemilihan Sulawesi Selatan 1 (Kota Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Selayar) melalui Partai PDI Perjuangan nomor urut 2. (Tim)