TOWUTI, Batarapos.com, -- Anjloknya harga jual lada ditingkat petani, tidak hanya membuat resah petani lada, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur juga tidak pernah berhenti mengupayakan agar petani lada dapat terus bertahan ditengah anjloknya harga lada.
Rupanya rendahnya harga jual lada ditingkat petani tidak lepas dari panjangnya jalur distribusi dan permainan para tengkulak yang dianggap merugikan petani lada. Hal itu disebabkan petani lada belum bisa secara mandiri mengakses informasi tentang pasar lada baik dalam maupun luar negeri, ditambah melimpahnya hasil panen saat panen raya.
Hal tersebut terungkap saat seminar bertajuk "Peluang Pasar dan Strategi Pemasaran Ekspor Lada Luwu Timur" yang digelar oleh Dinas Dagkop - UKM Kabupaten Luwu Timur bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementrian Perdagangan RI yang digelar di gedung pertemuan Batara, jalan Ahmad Yani, Desa Wawondula, Kecamatan Towuti, Kamis (2/8/18).
Baca Juga :
- Wabup Irwan Dampingi Dirjen Kementerian LHK RI Pantau Limbah PT. Vale
- Husler Hadiri Perayaan Odalan Umat Hindu di Kalaena
- Borong Produk UMKM, Irwan : Jika Ingin UMKM Berkembang, Kita Harus Membeli Produk Lokal
- Level Air Danau Towuti Naik, Wabup Irwan Mediasi Protes Warga Tiga Desa Pesisir Towuti
- Jembatan Ambruk Akibat Luapan Air Sungai, Husler : Segera Bangun Jembatan Alternatif
- IKA SMP Mangkutana Ikut Ramaikan HUT RI Ke-74
Seminar itu sengaja digelar untuk membuka wawasan para petani tentang strategi pemasaran ekspor dan branding lada Luwu Timur.
Salah seorang pemateri pada seminar tersebut adalah Dika Rinakuki yang merupakan Lokal Expert of CBI in Indonesia. CBI adalah lembaga yang memfasilitasi pelaku usaha untuk memasarkan produk kepasar Eropa. Rina memaparkan jika peluang ekspor lada dari Indonesia cukup besar, meskipun saat ini Vietnam masih menjadi pengekspor lada terbesar di dunia. Namun kwalitas lada Vietnam jauh dibawah lada Indonesia. Ia mengungkapkan jika kwalitas lada Vietnam dipertanyakan dipasar Eropa. Bahkan lada Vietnam dioplos dengan lada dari Indonesia agar harganya bisa naik.
"Sebenarnya kita bisa mandiri dan mengekspor langsung ke Eropa," kata Rina.
Menurutnya, agar bisa bersaing, petani lada di Luwu Timur harus mempertahankan kwalitas dan tau harga Internasional untuk lada. "Kita bisa mengakses informasi harga lada secara online sehingga kita tau posisi kita dan tidak bisa dipermainkan oleh tengkulak," tuturnya.
Namun yang paling penting menurut Rina adalah para petani lada di Luwu Timur harus bisa bersatu dan membentuk wadah agar punya kekuatan.
Bupati Luwu Timur, HM. Thorig Husler yang ikut hadir, berjanji akan secepatnya melakukan perlindungan Indikasi Geografis untuk meningkatkan reputasi produk unggulan daerah yang dijuluki Bumi Batara Guru itu. Indikasi Geografis sendiri adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
"Secepatnya kita akan mengupayakan lada Luwu Timur akan memiliki sertifikat Indikasi Geografis dari Kemenkumham," ucap Husler.
Lanjutnya, hal tersebut menjadi penting setelah melihat lada Luwu Timur yang dijual keluar banyak diklaim oleh daerah lain, seperti yang dibeli oleh pedagang dari Bangka Belitung untuk selanjutnya di ekspor keluar negeri. (hms/ikp/kominfo)