WOTU, BTRpos
Desa Lampenai merupakan Desa Tertua yang terletak di Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Desa Lampenai berasal dari kata Tampae dan Nai artinya Bukit yang naik, hingga saat ini sejarah tampae nai yakni bukit lampenai masih ada, yang mana berada pada bagian timur Desa Lampenai, yang digambarkan dalam lontara mulataue dalam bahasa wotu muladito.
Baca Juga :
- Wabup Irwan Dampingi Dirjen Kementerian LHK RI Pantau Limbah PT. Vale
- Husler Hadiri Perayaan Odalan Umat Hindu di Kalaena
- Disela-Sela Kepadatan Tugasnya, Bupati Lutim Sempatkan Kunjungi Warganya Yang Terkena Gizi Buruk
- DPRD Lutim Monitoring Pelaksanaan APBD TA 2018 Di Kecamatan Wotu
- Husler Kunjungi Warganya Yang Menjadi Korban Kebakaran
- IKA SMP Mangkutana Ikut Ramaikan HUT RI Ke-74
Lampenai merupakan Daerah pertama Batara guru untuk membangun sebuah kerajaan di Luwu yang mana palopo sebagai ibu kota kerajaan luwu yang di pimpin oleh Datu Luwu Andi Jemma, selanjutnya sejak tahun 1909 sebagai sejarah dimulainya Sejarah Lampenai, saat itu disebut dengan istilah kampung wotu, yang mana awalnya di kepalai oleh, To Waju, selanjutnya digantikan oleh To setta’ setelah itu dilanjutkan oleh To Wenna, periode ke tiga kepala kampung tersebut berjalan hingga tahun 1949.
Selanjutnya pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1954 kampung wotu berganti nama menjadi kampung Lampenai yang di kepalai oleh Kalimpo saat itu wotu merupakan wilayah basis gerakan DITI sejak itu kondisi mayarakat masih berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya, pada tahun 1955 sampai dengan tahun 1958 Kalimpo di gantikan oleh Beddu sebagai kepala Kampung Lampenai, pada saat itu gerakan DITI mencapai puncaknya, dengan peristiwa pembumi hangusan kampung wotu kala itu, yang ditandai dengan datangnya tentara dari pulau jawa hendak menduduki kampung wotu sebagai bentuk perlawanan Negara terhadap gerakan DITI, sehingga untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat kampung lampenai mengabadikan tempat tersebut dengan sebutan Kande api yang terletak di dusun benteng saat ini.
Pada tahun 1966 merupakan babak baru bagi sejarah Lampenai, dimana kampung lampenai diubah menjadi Desa Lampenai, setelah lahirnya kebijakan pemerintah pusat tentang perancanan Desa gaya baru yang membawahi beberapa kepala kampung di indonesi maka sejak itu pula kampung Lampenai mejadi Desa Lampenai yang saat itu pula di kepalai oleh H.Sabari.
Pada tahun 1981 Desa Lampenai di mekarkan menjadi dua Desa dimana Desa Lampenai menjadi Desa Induk dan Desa Bawalipu sebagai Desa hasil pemekaran, pada periode tahun 1993 sampai dengan 2002 Desa Lampenai di Kepalai oleh Samsul Bachri, selanjutnya pada periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 Samsul Bachri di gantikan oleh Drs.Arifin Kababa yang dilakukan pemilihan secara langsung oleh masyarakat, periode tahun 2009 s/d tahun 2014 Drs. Afirin Kababa digantikan oleh Sumardi Noppo To Mecce, SE, namun pemerintahan Sumardi Noppo To Mecce, SE hingga tahun 2013, selanjutnya di jabat oleh pelaksana Tugas Kepala Desa, yakni AR. Salim, dan Drs.H Saiful sampai tahun 2015, hingga saat ini periode tahun 2016 s/d 2021, di jabat oleh M.Zaenal Bachri.
Desa Lampenai juga dikenal dengan bahasa asli wotu yang mana bahasa tersebut merupakan bahasa keseharian masayarakat asli Desa lampenai dalam hal ini wotu, Desa Lampenai juga saat ini masih menyisahkan situs sejarah, yakni Sumur tua, Tanah Bangkala’e, dan Pohon Malilue, selain itu juga terdapat seni tari asli wotu yakni tari Kajangki yang berarti kemenangan, tarian ini hanya dapat di dilakukan pada suatu acara kebesaran adat wotu.
Selayang pandang tersebut yang di bacakan Kepala Desa Lampenai (M.Zaenal Bachri) pada kegiatan Lomba Desa tingkat Provinsi di hadapan para Tim Penilai. (HS)