Baca Juga :
Masamba, Batara Pos
Kabupaten Luwu Utara dikenal memiliki potensi pangan lokal yang sangat besar. Keanekaragaman pangannya sudah sampai di se-antero Nusantara. Namun ironinya, konsumsi beras di Luwu Utara masih tergolong tinggi. Data terakhir menyebutkan konsumsi beras masih di atas 100 kg per kapita per tahun.
Tim Kajian Kebijakan Publik FISIP Unhas yang dipimpin Prof. Dr. Alwi, MS., mencoba menawarkan model Diversifikasi Pangan di Luwu Utara. Selain Luwu Utara, Kabupaten Luwu dan Bone juga dipilih sebagai lokus kajian Model Diversifikasi Pangan di Sulsel.
“Kami memilih Luwu Utara karena kami tahu Luwu Utara memiliki potensi pangan lokal yang besar, salah satunya sagu. Untuk tahap pertama ini, kami ingin mengidentifikasi seperti apa kebijakan dan program pemerintah daerah dalam mewujudkan diversifikasi pangan ini,” ujar Professor Alwi, Jumat (19/01/2018), di Kantor Dinas Ketahanan Pangan.
Setelah itu baru mendatangi langsung kelompok-kelompok tani yang dianggap berhasil membangun diversifikasi pangan di desanya. “Banyak hal akan kami lakukan nantinya, seperti berdiskusi dengan SKPD terkait, dan anjangsana ke kelompok tani. Kami ingin menggali itu, sehingga memberikan kami gambaran secara holistik tentang kebijakan diversifikasi pangan di Luwu Utara,” terang Alwi.
“Tahap eksplorasi adalah tahap awal seperti yang kita lakukan saat ini. Nanti di tahun kedua, baru kita akan merepresentasikan hasil kajiannya di International Conference di Budapest Hungaria. Seperti apa model yang kami tawarkan, " tandas Alwi yang mengaku pernah satu panel dengan Bupati Luwu Utara dalam sebuah forum seminar di Makassar.
“Pada prinsipnya kami setuju dan mengapresiasi kehadiran Tim Kajian Kebijakan Publik ini di Luwu Utara. Tentu dengan harapan bahwa harapan bisa menjadi bagian dari program diversifikaski pangan yang ujung-ujungnya nanti mampu mengurangi konsumsi beras kita yang memang masih tinggi,” pungkas Armiady. (Lh/Drs)